Jumat, 10 April 2020

Agustina Lesmauli Nazara
11/04/2020

TUGAS MATA KULIAH
ILMU BEDAH UMUM VETERINER



JUDUL :
SUBLUKSASI

Disusun oleh:
Kelompok I

I Putu Adjna Bhumi Dharmaswami     1209005101
I Gede Arya Mas Sosiawan                  1709511002
Putu Yunika Cahyanti                           1709511003
Regina B Br Ginting                             1709511005
Doni Damara                                         1709511006
Agustina Lesmauli Nazara                    1709511007
Jeremy Christian Luwis                        1709511008



FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020


















SUBLUKSASI

1. Terminologi Subluksasi
Subluksasi adalah gangguan tulang belakang bagian atas tepatnya segmen/ruas leher tertarik ke kanan atau ke kiri. Akibatnya, posisi kepala tidak lurus melainkan tertarik ke kiri atau ke kanan. Kelainan ini dapat terjadi karena kecelakaan atau gerakan terlalu kencang mendadak. Pada kucing sendi yang sering mengalami sublukasi adalah pinggul, sedangkan pada anjing sering terjadi pada pinggul dan siku. Meskipun dibagian lain juga sering terjadi. Trauma seperti kecelakaan adalah salah satu penyebab utama terjadi subluksasi. Ras anjing seperti german sheprerd dan Labrador retriever memiliki resiko lebih tinggi dalam kemungkinan mengalami subluksasi pada nagian pinggul. Sedangkan ras kucing yang sering mengalami subluksasi adalah main coon yang juga umumnya dialami di bagian pinggul. Hal ini dipengaruhi konformasi anatomi dari ras tersebut. Subluksasi atau yang disebut dengan kesleo yang merupakan tertariknya ligament sendi karena Gerakan tiba-tiba atau Gerakan yang tidak bisa dilakukan. Terkilir menyebabkan timbulnya rasa sakit disertai peradangan pada daerah sendi.

2. Etiologi Subluksasi
Subluksasi dapat terjadi akibat trauma saat kecelakaan atau cedera yang menyebabkan kerusakan pada struktur lain yang memberikan stabilitas sendi. Ras anjing seperti German Sheperd dan Labrador Retriever memiliki resiko lebih tinggi dalam kemungkinan mengalami subluksasi pada bagian pelvis. Sedangkan ras kucing yang sering mengalami subluksasi adalah Main Coon yang juga umumnya dialami di bagian pelvis. Besarnya gaya ketika terjatuh  menentukan  tingkat  keparahan cedera dan struktur yang terlibat.

3. Gejala Klinis Subluksasi
           Tanda-tanda klinis yang paling umum yang terkait dengan subluksasi antara lain :
· Mengalami pincang atau ketimpangan yang tiba-tiba
· Nyeri ketika menyentuh atau menggerakan sendi
· Kesulitan untuk berjalan atau melompat
· Terjadi pembengkakan pada sendi
· Sendi dijilati secara persisten
· Penurunan aktivitas
· Nafsu makan menurun 

4. Diagnosa
Diagnosis dapat dilakukan melihat Riwayat kecelakaan, trauma, ada tidaknya cidera, serta aktifitas dari hewan. Setelah itu, akan melakukan pemeriksaan fisik yang dilakukan pemeriksaan area sendi yang dicurigai mengalami subluksasi, serta sirkulasi darah di sekitar area cidera. Selanjutnya berdasarkan gejala klinis, gejala yang terjadi dapat berupa nyeri, muncul tanda peradangan, dan deformitas. Hal ini tidak hanya ditemukan pada subliksai. Robekan ligamen, tendinitis, dan patah tulang juga dapat menyebabkan gejala serupa. Akan tetapi, pada tendinitis dan ligamen robek umumnya tidak terdapat deformitas tulang.
Gejala yang di alami akibat subluksasi sendi dapat menyerupai patah tulang, robekan ligamen, atau cedera otot. Untuk memastikan adanya dislokasi sendi atau patah tulang, dapat dilakukan pemeriksaan rontgen pada daerah yang cedera. Melalui rontgen, bisa terlihat jelas tulang yang mengalami dislokasi atau ada tidaknya patah tulang. Foto rontgen, untuk menunjukkan adanya dislokasi atau kerusakan lain di area sendi, misalnya patah tulang. Tes diagnostic lain seperti computed tomography (CT).
Kelemahan pemeriksaan rontgen adalah tidak dapat mendeteksi apabila cedera melibatkan kerusakan jaringan lunak di sekitar sendi yang mengalami subluksasi, contohnya pada kondisi robekan ligamen. Jika dokter mencurigai hal tersebut, pemeriksaan mri akan dilakukan. MRI, untuk membantu dokter menilai kerusakan pada struktur jaringan lunak di sekitar sendi yang mengalami dislokasi. Pada tulang dan sendi, MRI bisa membantu mengevaluasi beberapa jenis gangguan. Pemeriksaan ini bisa melihat infeksi tulang, kelainan pada tulang belakang dan bantalan saraf tulang belakang, peradangan sendi, hingga tumor pada tulang dan jaringan lunak. MRI juga bisa digunakan untuk mengetahui kondisi abnormal pada sendi. Hal itu bisa disebabkan oleh berbagai hal, di antaranya cedera tulang yang terjadi berulang atau karena cedera fisik akibat kecelakaan. 

5. Terapi Subluksasi
Penanganan subluksasi pada hewan dilakukan dengan perawatan yang paling tepat. Banyak kasusu yang memerlukan pembedahan dalam penanganannya, tergantung pada tingkat keparahannya. Ada beberapa terapi / fisioterapi yang kerap disarankan saat penanganan kasus subluksasi seperti Infra Red (IR), Short Wave Diathermy (SWD),dan  Terapi Latihan. Adapun metode pengobatan tradisional yang dapat dilakukan dalam penanganan subluksasi seperti pengobatan chiropractic. Hal tersebut dibahas dalam makalah mengenai ilmu kedokteran hewan tradisional.

a. Infra Red (IR)
Sinar Infra Red bila dilihat dari susunan spectrum sinar (Hertzian, infra merah, merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, ultraviolet) terletak diantara sinar merah dan Hertzian. Dengan demikian definisi sinnar infra red adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 7.700-4 juta . Adapun efek yang diberikan dari infra red adalah efek fisiologis dan terapeutik. Efek fisiologis diantaranya adalah: 1) Meningkatkan proses metabolism, 2) Vasodilatasi pembuluh darah, 3) Pigmentasi, 4) Pengaruh terhadap urat saraf sensoris, 5) Pengaruh terhadap jaringan otot, 6) Mengaiktifkan kelenjar keringat. Efek terapeutik yang dihasilkan adalah 1) Mengurangi nyeri, 2) Relaksasi otot, 3) Meningkatkan suplai darah.

b. Short Wave Diathermy (SWD)
Short wave diathermy merupakan suatu pengobatan dengan menggunakan stressor berupa energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus listrik bolak- balik frekuensi 27, 12 MHz, dengan panjang gelombang 11 m. Short Wave Diathermy (SWD) dapat membantu dalam mengelola rasa sakit dan meredakan spasme otot dengan mengatasi radang dan juga mengurangi pembengkakan. Hal ini juga mempromosikan vasodilatasi dengan meningkatkan aliran darah dan pemenuhan jaringan ikat, meningkatkan elastisitas otot dan menurunkan kekakuan sendi.

c. Terapi Latihan
Adapun metode terapi yang digunakan yaitu:
a) Active Exercise
Latihan aktif disini bertujuan untuk menjaga serta menambah lingkup gerak sendi (LGS). Disini penulis memberikan latihandengan menggunakan metode resisted active movement dan free active movement. Gerakan dilakukan oleh kekuatan otot penderita itu sendiri dengan tidak menggunakan suatu bantuan dan hanya menggunakan tahanan yang berasal dari luar dan pasien dinstruksikan untuk menggerakkan regio bahu secara  mandiri atau sesuai kemampuan. Latihan ini bisa dilakukan kapan pun dan dimana pun penderita berada.

b) Passive Excercise
Latihan aktif disini bertujuan untuk menjaga serta menambah lingkup gerak sendi (LGS). Disini penulis memberikan latihan dengan menggunakan metode gentle passive movement dan force passive movement. Gerakan dilakukan dengan bantuan eksternal atau terapis yang menggerakan regio yang bersangkutan dengan semua gerakan, dilakukan perlahan-lahan kemudian diberikan sedikit tekanan di akhir gerakan.

d. Pengobatan Chiropractic
Gangguan utama yang menjadi indikasi untuk pengobatan chiropractic adalah gangguan pada neuro-muskuloskeletal, ketimpangan idiopatik, penyakit intervertebralis, nyeri leher/punggung, sindrom wobbler, spondylosis, sindroma cauda equina, displasia pinggul, inkontinensia urin, neuropati glandular/sensori lokal, rehabilitasi postsurgical, masalah performan dan perilaku pada kuda. Evaluasi klinis untuk tindakan chiropractic, meliputi: riwayat pasien (riwayat trauma, perubahan perilaku, dan perubahan kinerja); evaluasi klinis (pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan neurologis, dan radiografi); analisis postur tubuh (kyphosis, lordosis, skoliosis, dan posisi duduk); analisis gaya berjalan (langkah pendek, asimetri, dan mondar mandir), palpasi otot dan jaringan lunak; tempratur tulang belakang; analisis pada kaki belakang. Selain itu, perlu juga dilakukan evaluasi dengan palpasi gerakan. Palpasi gerak menentukan daerah hipo atau hipermobilitas. Ini memerlukan pengetahuan tentang tulang rawan dan intervetebral dan bidang gerak vertebral yang berbeda (lateral, rotasi, dan dorso-ventral).
Ada lebih dari seratus teknik terapi chiropractic. Teknik yang paling sering dilaporkan merupakan penyetelan tulang (osseous adjusments). Penyetelan biasanya dilakukan pada tuas pendek, lalu didorong kecepatan tinggi yang dikendalikan menggunakan tangan. Penggunaan aktivator, instrumen genggam kecil, kadang-kadang juga digunakan untuk membuat hasil yang baik. Penyetelan ini ditujukan pada unit motor hypomobile untuk mengembalikan gerakan sendi. Cara ini bisa diikuti dengan teknik mendorong pada akhir joint play (akhir rentang gerak pasif) dengan gaya amplitudo yang rendah untuk melepaskan fiksasi. Terkadang, selama penyetelan, akan terdengar bunyi atau suara yang cukup bisa didengar. Ini biasanya lebih tampak pada manusia dibandingkan pada hewan. Bunyi tersebut menunjukkan adanya penurunan tekanan intraartikular dan tidak selalu diperlukan untuk keberhasilan penyetelan. Penyetelan sangat spesifik dalam hal arah, gaya, kedalaman, dan waktu terhadap contact point (spinous, mammillary, atau proses transversus). Penyetelan bila dilakukan dengan benar akan dirasakan enak dan meyenangkan bagi hewan.
Terapi chiropractic veteriner modern banyak menerapkan teknik yang sama pada manusia dengan memodifikasinya untuk hewan yang khas berdiri dengan empat kaki. Untuk hewan berkaki empat yang lebih besar, seperti kuda, cara ini bisa diterapkan dengan sukses. Perlu penyesuaian untuk meningkatkan kekuatan yang dapat dilakukan dengan tangan. Dorongan yang dilakukan dengan lebih cepat akan mengurangi massa yang diperlukan untuk mencapai jumlah gaya yang sama. Jika penyetelan dilakukan dengan benar, hanya dibutuhkan gaya yang relatif rendah. Meski kuda memiliki tubuh besar, sistem sarafnya sensitif dan sangat responsif terhadap terapi seperti halnya juga pada spesies yang lebih kecil.
Sebagai catatan tentang kontraindikasi chiropractic pada dunia kedokteran hewan, yaitu teknik terapi ini tidak dianjurkan dilakukan pada kelainan yang mencakup fraktur vertebral atau pelvis dan neoplasia pada tulang belakang. Meskipun bukan kontraindikasi, tetapi keterampilan dan ketekunan seorang chiropractor amat diperlukan pada penanganan 58 hewan yang mengalami prolapsus cartilago vertebra atau pada hewan yang menjalani operasi ulang. Chiropractic veteriner tidak menggantikan pendekatan konvensional terhadap kondisi neuro-muskuloskeletal. Sebaliknya, cara ini diharapkan saling melengkapi, mengisi relung yang sangat unik. Dengan mengintegrasikan chiropractic veteriner ke dalam praktik konvensional akan membutuhkan sedikit perubahan paradigma. Hal ini menyangkut pemahaman tentang hierarki sistem saraf, gagasan baru tentang penyembuhan dan homeostasis, dan metode baru untuk mengevaluasi biomekanik tubuh. Chiropractic adalah terapi dan sekaligus pencegahan.


Sumber
Nyoman Sadra Dharmawan. 2017. PENGANTAR ILMU KEDOKTERAN HEWAN TRADISIONAL. FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN, UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Ista Suhada Marasinta. 2015. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA SUBLUKSASI ACROMIOCLAVICULAR JOINT DEXTRA DI RSUD SRAGEN. FAKULTAS ILMU KESEHATAN, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 

Terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar